Pidie Jaya- Pidiejayastory.com kehidupan Pak Razali (42) seorang kepala keluarga yang mengalami tuna netra, jadi tukang pijat untuk berjuang menghidupi keluarganya di desa Mulieng Kecamatan Meureudu kabupaten Pidie jaya, Jum'at, 13/11/2020.

Razali sahari-hari menjadi tukang pijat didesa tempat tinggalnya yang memiliki gebuk kecil di depan rumah yang sudah tidak layak huni, istrinya benama Nurhayati (48) ibu rumah tangga memiliki 4 (empat) orang anak, Anak pertama bernama Irfan Maulana(15) tamat SMP tidak melanjutkan lagi, Anak kedua Amira Asyiva(7) Pelajar SD, Anak ke tiga Oja Mujayani(5) dan yang terakhir Muhammad Alfatih (6 bulan).

Kehidupan Razali yang mengalami buta tersebut sangat prihatin dengan rumah panggung yang kondisi kayu sudah rapuh atap rumbia yang sudah rusak ketika hujan turun sibuk dengan pindah peralatan rumah menghindar air hujan yang jatuh didalam rumahnya.


Menjadi tukang pijat itu solusi mencari nafkah dengan kondisi mata yang tidak bisa melihat namun semangat hidupnya berjuang mencari kebutuhan keluarga tinggi. Begitulah kehidupan Razali dan keluarganya sehari-hari yang serba kekurangan 

Untuk mencukupi kebutuhan keluarga terkadang ada tetangga dan pihak lain membantu alakadar kubutuhan pokok bisa meringankan bebannya, seperi hari ini ada tamu relawan MRI Pidie Jaya yang di ketuai oleh Muyasir menjeguk dan membawa sedikit paket sembako cukup untuk beberapa hari makan.

Ketua MRI Pidie Jaya Muyasir, Alhamdulillah kami relawan hari ini sudah bisa hadir menjeguk bapak Razali yang tuna netra juga sebagai tukang pijat untuk memenuhi biaya hidupnya.

Kedatangan kami kesini dan bisa berbagi dengan Pak Razali ini selain membawa yang di amanhakan oleh Dermawan juga untuk meninjau langsung kehidupan beliau.

Setelah kami mendengar langsung kisah kehidup darinya, kita dapat menyimpulkan pak razali sedang butuh uluran tangan Dermawan untuk bangun usaha pijatnya yang sedang berjalan ini kata Muyasir.

Yasir menambahkan setelah kita melihat kondisi rumah, ini juga sudah tidak layak dan perlu kita perhatikan kita harus pikirkan sama-sama, bagaimana cara pak razali harus memiliki rumah layak huni. Tutup ketua relawan kemanusiaan. (FR)